Pengumpulan Data (appraisal) merupakan
salah satu komponen dalam program bimbingan yang sekaligus menjadi salah satu
layanan bimbingan. Tujuan dari pengumpulan data ialah mendapatkan pengertian
yang lebih luas, lebih lengkap dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta
didik, serta membantu siswa dan mahasiswa memperoleh pemahaman akan diri
sendiri. Komponen pemgumpulan data mencakup penggunaan aneka teknik, metode dan
alat, memperoleh serta menyimpan informasi tentang berbagai aspek pada orang
yang dibimbing (assessment). Analisis dan sintesis data tentang
seseorang kerap mengandung unsur evaluasi, yaitu menarik suatu kesimpulan
tentang kelebihan dan kekurangan. Hasil analisis dan sintesis data yang
terkumpul akan membantu siswa dan mahasiswa untuk melengkapi, menyempurnakan, ataupun
mengoreksi gambaran tentang diri sendiri.
Dalam rangka layanan Pengumpulan Data di
jenjang pendidikan menengah pada umumnya dibutuhkan data tentang masing-masing
peserta dalam aspek-aspek sbb:
1.
Latar belakang keluarga
2.
Riwayat sekolah
3.
Taraf prestasi
4.
Taraf kemampuan intelektual atau kemampuan
akademik
5.
Bakat khusus
6.
Minat terhadap bidang studi dan bidang
pekerjaan tertentu
7.
Pengalaman di luar sekolah
8. Ciri-ciri kepribadian yang tidak termasuk dalam nomor (4), (5), dan (6) di
atas
9. Kesehatan jasmani.
A. Alat – Alat Tes
1)
Aspek-Aspek Testing yang Relevan
Testing adalah suatu metode penilaian psikologis untuk memperoleh
informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan batin
seseorang, dengan menggunakan pengukuran yang menghasilkan suatu deskripsi
kuantitatif tentang aspek yang diteliti. Alat yang digunakan adalahtes yang
distandarisasikan yang memuat koleksi persoalan, pertanyaan atau tugas yang
dianggap representatif bagi aspek bersangkutan. Standarisasi berarti bahwa cara
penyelenggaraan tes, cara memeriksanya dan penentuan norma penafsiran adalah
seragam. Tes merupakan instrumen penilaian yang obyektif, dalam arti bahwa
penyelenggaraan, pemeriksaan atau skoring, dan penafsiran tidak tergantung pada
pendapat pribadi orang yang menggunakan alat tes itu.
Pengertian validitas menunjuk pada kesesuaian antara apa yang
diteliti dalam tes dengan aspek yang direncanakan untuk diteliti melalui tes
itu. Terdapat empat jenis validitas, yaitu validitas isi, validitas peramal, validitas
perbandingan, dan validitas konseptual. Jenis validitas tes yang paling relevan
bagi pelayana bimbingan disekolah adalah validitas isi dan validitas peramal.
Pengertian reliabilitas menunjuk pada keajegan dalam hasil yang
diperoleh bila mana seseorang mengerjakan suatu tes pada waktu yang berlainan.
Bila mana taraf reliabilitas tes tertentu tinggi, berarti bahwa hasil yang
diperoleh pada saat sekarang dan beberapa waktu kemudian tidak akan jauh
berbeda. Alat-alat tes akan digunakan dengan tujuan tertentu. Keempat tujuan
yang pokok adalah sebagai berikut :
a)
Untuk
meramalkan atau memperkirakan
b)
Untuk
mengadakan seleksi
c)
Untuk
mengadakan klasifikasi
d)
Untuk
mengadakan evaluasi
Keterlibatan seorang konselor sekolah dalam testing terutama
berkaitan dengan tugasnya mendampingi siswa dan mahasiswa secara individual
untuk mengembangkan diri secara maksimal dan menyusun rencana masa depan secara
realistis.
2)
Pemberian Alat-Alat Tes Menurut Isi
Adapun
pemberian alat-alat tes menurut aspek isi adalah sebagai berikut :
a)
Tes
hasil belajar, yang mengukur apa yang telah dipelajari diberbagai bidang studi.
Tipe tes hasil belajar yang khusus adalah tes kesiapan, yang bertujuan
memperkirakan sampai berapa jauh subyek dapat mengambil manfaat dari suatu
program pendidikan.
b)
Tes
kemampuan intelektual, yang mengukur taraf kemampuan berpikir, terutama
berkaitan dengan potensi untuk mencapai taraf prestasi tertentu dalam belajar
di sekolah.
c)
Tes
kemampuan khusus atau tes bakat khusus, yang mengukur taraf kemampuan seseorang
untuk berhasil dalam bidang studi tertentu, program pendidikan vokasional
tertentu atau bidang pekerjaan tertentu; lingkupnya lebih terbatas dari tes
kemampuan intelektual.
d)
Tes minat, yang mengukur kegiatan/kesibukan
macam apa paling disukai seseorang tes macam ini bertujuan membantu orang muda
dalam memilih macam pekerjaan yang kiranya paing sesuai baginya.
e)
Tes
perkembangan vokasional, yang mengukur taraf perkembangan orang muda dalam hal
kesadaran kelak akan memangku suatu pekerjaan atau jabatan; dalam memeikirkan
hubungan antara memangku suatu jabatan dan ciri kepribadiannya serta beraneka
tuntutan sosial ekonomis dan dalam menyusun serta mengimplementasikan rencana
pembangunan masa depannya sendiri.
f)
Tes
kepribadian, yang mengukur ciri-ciri kepribadian yang bukan khas bersifat
kognitif, seperti sifat karakter, gaya temperamen, corak kehidupan emosional,
kesehatan mental, jaringan relasi sosial dengan orang lain, dan aneka bidang
kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam penyesuaian diri.
3)
Program Testing dan Penggunaan Hasil Testing
Secara ideal siswa-siswi dijenjang pendidikan dasar samapi dengan
jenjang pendidikan menengah dikenakan sejumlah tes yang diberikan pada
waktu-waktu tertentu. Inilah program testing yang berlaku bagi semua siswa dan
merupakan program testing umum. Program testing umum ini diselenggarakan atas
tanggung jawab institusi pendidikan. Data hasil program testing umum dapat
sangat berguna bagi keperluan pelayanan bimbingan.
Dalam rangka program testing khusus dianjurkan supaya tes
diagnostik dan tes kesiapan diberikan secara individual menurut kebutuhan.
Demikian pula tes kemampuan khusus, tes perkembangan vokasional, tes minat dan
tes kepribadian menurut kebutuhan yang tampak dalam proses konseling.
Dalam hal testing hasil belajar, tenaga pengajarlah yang harus
meninjau relevansi isi tes terhadap materi suatu bidang studi dalam hal testing
kemampuan intelektual petugas bimbinganlah yang dapat memberikan pandangan
mengenai relevansi tes terhadap tujuan pendidikan institusional. Dalam rangka
program testing khusus petugas bimbinganlah yang paling berwenang melalui
kegunaan tes kemampuan khusus, tes minat, tes perkembangan vokasional dan tes
kepribadian. Dalam keadaan ini testing dapat bermanfaat bagi :
a)
Konselor,
untuk menentukan apakah dia mampu dan cukup berwenang untuk memberikan
pelayanan dan untuk memperoleh gambaran global tentang inti permasalahan serta
taraf berat ringannya, sebelum konseling yang sebenarnya dimulai.
b)
Konselor,
untuk memperoleh gambaran lebih mendalam dan lebih lengkap tentang berbagai
aspek dalam kepribadian konseli dan dengan demikian dapat memberikan pelayanan
yang lebih baik.
c)
Konseli,
untuk dapat menentukan apakah suatu program pendidikan lanjutan atau jenis
pekerjaan sesuai baginya atau tidak.
d)
Konseli,
untuk memahami dirinya dengan lebih baik, juga sebelum dihadapkan pada
keharusan untuk membuat suatu pilihan mengenai program studi atau jenis
pekerjaan.
Sama seperti dalam program testing umum, konseli harus bermotivasi baik
sebelum akan menempuh suatu tes psikologis, supaya bersikap serius dalam
mengerjakannya dan lebih siap menerima hasilnya sebagai informasi yng berguna
baginya, juga bila mana hasilnya seperti yang diharapkan. Testing tidak dapat
dipaksakan, tetapi boleh dianjurkan bila data yang dibutuhkan tidak dapat
diperoleh dengan lain cara dan tersedia tes yang relevan. Penentuan tentang tes
mana yang paling relevan bagi kebutuhan konseli adalah wewenang konselor di
institusi pendidikan, yang seharusnya mengetahui kelebihan dan kelemahan dari
tes-tes yang tersedia, biarpun bukan konselor sendiri yang mengadministrasikan.
Data hasil testing dan laporan hasil testing yang dikirimkan oleh psikolog atau
lembaga yang berwenang, tidak terbuka bagi siapa saja tetapi hanya untuk mereka
yang berkepentingan dan menggunakan informasi itu untuk membentu konseli.
B. Alat – Alat Nontes
Meskipun suatu alat tes dapat sangat bermanfaat untuk memperoleh data
tentang siswa, namun penggunaan alat itu pula mengandung kelemahan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, diperlukan juga alat-alat nontes sebagai alat
pengumpul data, khususnya dalam hal memperoleh data sosial yang relevan, untuk
menyimpan serta mengolah keseluruhan data yang masuk.
1)
Angket Tertulis
Alat ini memeuta sejumlah item atau pertanyaan yang harus dijawab
oleh siswa secara tertulis juga. Dengan mengisi angket ini siswa memberikan
keterangan tentang sejumlah hal yang relevan bagi keperluan bimbingan, seperti
keterangan tentang keluarga, kesehatan jasmani, riwayat pendidikan sekolah,
pengalaman belajar disekolah dan dirumah, pergaulan sosial, rencana pendidikan
lanjutan, kegiatan diluar sekolah, hobi dan kesukaran yang mungkin dihadapi.
Kelemahannya ialah: siswa tidak dapat memberikan penjelasan lebih lanjut karena
jawabannya terbatas pada hal-hal yang ditanyakan; siswa dapat sja menjawab
tidak sesuai dengan keadaan yang sebenanrnya kalau dia mnghendaki demikian;
jawaban hanya mengungkapkan keadaan siswa pada saat angket diisi. Bentuk aitem
atau pertanyaan terbuka yang memungkinkan siswa menjawab secara agak luas; atau
pertanyaan tertutup, yag mengharuskan siswa memilih saah satu alternatif; atau
pertanyaan campuran. Adapun persayaratan konstruksi adalah sebagai berikut :
a)
Ditentukan
dengan tujuan apa angket diberikan dan dipikirkan luas informasi yang
dibutuhkan.
b)
Harus
ada introduksi yang menjelaskan kepada siswa dengan tujuan apa mereka diminta
mengisi angket, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
c)
Perumusan
semua aitem harus jelas dan isinya mudah ditangkap.
d)
Suatu
item jangan menanyakan dua hal sekaligus.
e)
Jangan
ditanyakan hal-hal yang dirasa mempermalukan atau mempunyai konotasi emosional
negatif.
f)
Perumusan
item jangan mengandung petunjuk tentang jawaban yang baik atau mengandung
sugesti mengenai jawaban yang ideal.
g)
Bilamana
item tertentu ada lanjutannya, sebaiknya dipisahkan menjadi dua bagian; bagian
pertama dapat dijawab dengan ya-tidak lebih dahulu.
h)
Susunan
teknis perlu diperhatikan.
i)
Suatu
butir yang cara menjawabya berbeda dengan butir lainnya, harus disertai
instruksi yang jelas.
j)
Pengisian
angket harus dilangsungkan pada waktu yang tepat.
k)
Mengingat
keadaan siswa dalam beberapa hal mungkinsudah berubah pada waktu setahun
sesudah mengisi angket untuk pertama kali, angket dapat dikembalikan kepada
siswa dikelas II dan III untuk disesuaikan seperlunya dngan menggunakan alat
tulis yang berbeda warnanya.
Setelah semua angket diisi, lalu dikumpulkan untuk dipelajari dan
diolah oleh orang yang disebut dalam introduksi angket. Jawaban-jawaban yang
mencolok dapat ditandai atau dicatat pada kertas khusus untuk keperluan petugas
bimbingan sendiri. Kemudian item-iten tertentu disalin kedalam kartu pribadi
sebagai alat sentral penyimpanan data sebagaimana akan diuraikan kemudian.
Dapat pula disusun angket untuk diisi oleh orang tua, sebagai
sarana untuk mendapatkan informasi tambahan tentang siswa. Manfaat dan kegunaan
angket bagi orang tua harus dipertimbangkan secara matang, karena tidak semua
orangtua akan memberikan informasi obyektif seperti yang diharapkan.
Kecenderungan orang tua biasanya ingin melindungi nama baik keluarga dengan
menyembunyikan beberapa hal.
2)
Wawancara Informasi
Wawancara informasi adalah alat pengumpulan data untuk memperoleh
data dan informasi dari siswa secara lisan. Selama pertemuan itu petugas
bimbingan mengajukan pertanyaa, minta penjelasan atau sebagai jawaban yang
diberikan, dan membuat catatan mengenai hal-hal yang diungkapkan kepadanya.
Wawancara informasi digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang sulit
diperoleh dengan lain cara, untuk melengkapi data dan informasi yang sudah
terkumpul dengan lain cara untuk mengecek kebenaran dan fakta dan data yang
telah diketahui melalui saluran lain; dan untuk mengadakan observasi terhadap
tingkah laku siswa.
Keunggulan dari wawancara informasi ialah; diperoleh informasi
dalam suasana komunikasi langsung yang memungkinkan siswa selain memberitahukan
data faktual seperti yang banyak ditanyakan dalam angket tertulis, juga
mengugkapkan sikap, pikiran, harapan dan perasaan; perumusan pertanyaan
informatif dapat disesuaikan dengan daa tangkap siswa dapat ditanyakan hal-hal
yang bersifat sensitif. Hambatan yang dapat timbul ialah : makan banyak waktu
dan energi bagi petugas bimbingan; siswa berprasangka terhadap petugas
bimbingan dan memberikan informasi yang tidak sesuai dengan keadaan yng
sebenarnya atau tidak lengkap; petugas bimbingan mendengarkan terlalu selektif
atau bertanya-tanya dengan cara yang segestif; pembuatan catatan memberikan
kesan kepada siswa bahwa dia sedang berhadapan dengan petugas bimbingan.
Mewawancarai seorang siswa menuntut keterampilan, dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a)
Mengadakan
persiapan
b)
Berpegang
pada urutan fase dalam wawancara
c)
Menunjukkan
sikap yang serasi
d)
Merumuskan
pertanyaan dalam corak bahasa yang jelas dan mudah ditangkap dengan menghindari
istilah terlalu teknis dan bahasa asing
e)
Tidak
memaksa-maksa siswa yang sulit berbicara atau lambat dalam menjawab untuk
memberikan penjelasan panjang lebar
f)
Membatasi
lamanya wawancara; lebih kurang 45 menit biasanya sudah cukup
g)
Menghindari
perumusan pertanyaan sugestif
h)
Berwaspadalah
terhadap kemungkinan bahwa informasi yang diberikan tidak sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya atau siswa menghindari jawaban yang terbuka terhadap pertanyaan
tertentu
i)
Minta
izin kepada siswa untuk membuat catatan seperlunya.
3)
Otobiografi
Merupakan karangan yang ditulis oleh siswa mengenai riwayat
hidupnya sampai pada saat sekarang. Riwayat hidup dapat mencakup keseluruhan
hidupnya yang lampau atau hanya satu dua aspek kehidupannya saja. Manfaat dari
menulis suatu otobiografi tergantung dari kerelaan siswa untuk membuka diri.
Dari segi bentuk, otobiografi dibedakan atas bentuk yang terstruktur atau yang
terbatas pada topik-topik tertentu, dan yang tidak terstruktur atau yang
komprehensif.
Meskipun semua siswa dapat mengambil manfaat dari penulisan
otobiografi, namun mengingat keterbatasan tenaga bimbingan yang berkompeten
untuk menggunakan alat ini dan keterbatasan waktu untuk mengolah semua karapan
ini secara memadai, hanya beberapa siswa akan menjadi menulis otobiografi dan
ini pun dalam kaitan dengan masalah yang dibahas dalam rangka wawancara
konseling. Konseling harus mengindahkan berbagai ketentuan sebagai berikut :
a)
Harus
ada kepastian bahwa penulisan otobiografi akan membantu siswa dalam mengatasi
masalah yang dihadapi sekarang ini.
b)
Konseli
tidak boleh dipaksa untuk menulis otobiografi.
c)
Konselor
harus menilai dahulu, apakah siswa memang mampu untuk mengungkapkan semua
secara tertulis dan sudah cukup matang dalam hal refleksi diri.
d)
Konselor
perlu menekankan bahwa segi teknik pembahasan tidak akan diperhatikan;
spontanitas dalam ekspresi dan keterbukaanlah yang diharapkan, bukan
kesempurnaan dalam teknik penulisan.
e)
Pada
umumnya lebih baik konselor memberikan beberapa petunjuk tentang topik-topik
yang harus diungkapkan dengan memperhatikan masalah yang sedang dicari
penyelesaiannya.
f)
Kerahasiaan
otobiografi harus dijamin seutuhnya.
g)
Dalam
mengadakan interpretasi konselor akan mencari jawaban atas serentetan
pertanyaan.
h)
Seandainya konseli tidak menerima usul untuk
menulis otobiografi atau dipandang kurang mampu menyusunnya, konseli dapat
ditanyai apakah dia mempunyai suatu buku harian yang diisi secara berskala.
i)
Kadang-kadang
sepucuk surat yang berisi ungkapan permasalahan bersama latar belakangnya,
sedikit banyak dapat menggantikan otobiografi.
4)
Anekdota
Anekdota merupakan laporan singkat tentang perilaku seseorang siswa
dan memuat deskripsi obyektif tentang tingkah laku siswa pada saat tertentu.
Maka suatu anekdota yang baik memuat unsur pokok sebagai berikut; nama siswa;
tanggal observasi; tempat observasi; situasi dimana perbuatan diobservasi.
Yang menulis laporan anekdota adalah tenaga pendidik, baik guru
maupun nonguru yang sempat mengobservasi tingkah laku siswa dan siswi dalam
berbagai situasi disekolah. Tujuan dari penulisan anekdota adalah mengumpulkan
informasi yang relevan tentang kepribadian siswa melalui pencatatan fakta yang
diamati dalam lingkungan sekolah. Supaya penggunaan anekdota bermanfaat bagi
keperluan bimbingan, harus dipenuhi persyaratan sebagai berikut :
a)
Koordinasi
bimbingan pada awal tahun ajaran mencari bantuan dari beberapa guru dan tenaga
bimbingan yang berminat berpartisipasi dalam proyek ini dan bersedia untuk
menyisihkan waktu guna menulis sejumlah anekdota.
b)
Koordinator
bimbingan merundingkan tujuan yang ingin dicapai dan segi-segi teknik
penulisan, antara lain format yang digunakan, corak deskripsi, pemisahan
komentar dari bagian yang memuat deskripsi, laporan kata-kata yang diucapkan
secara harfiah.
c)
Diputuskan
bersama, siswa siwi yang akan observasi.
d)
Ditentukan
bersama prosedur yang akan diikuti.
e)
Disepakati
bersama peristiwa atau kejadian yang bagaimana, yang dapat dianggap signifikan
dan menyatakan sesuatu tentang kepribadian siswa.
f)
Menjelang
akhir semester atau menjelang akhir tahun ajaran, ahli bimbingan yang diserahi
sejumlah anekdota mengambil tumpukan anekdota dan menyusun suatu seri anekdota
untuk masing-masing siswa.
g)
Proyek
semacam ini baru boleh dimulai setelah ada jaminan tentang
partisifasi seluruh staf tenaga pendidik.
5)
Skala Penilaian
Skala penilaian merupakan sebuah daftar yang menyajikan sejumlah
sifat sebagai butir atau item. Penilaian diberikan berdasarkan observasi
spontan terhadap perilaku orang lain, yang berlangsung dalam bergaul dan
berkomunikasi sosial dengan orang itu selama periode waktu tertentu. Terdapat
beberapa tipe skala penilaian antara lain :
a)
Skala
numerik. Skala ini menggunakan rentetan angka untuk menunjukkan titik gradasi
disertai penjelasan singkat pada masing-masing angka.
b)
Skala
penilaian grafis. Skala ini menggunakan suatu garis sebagai kontinum.
c)
Daftar
cek. Skala ini menyerupai item dalam tes hasil belajar, bentuk obyektif dengan
tipe pilihan berganda.
6)
Sosiometri
Sosiometri merupakan suatu metode untuk
memperoleh data tentang jaringan hubungan sosial dalam suatu kelompok, yang
berukuran kecil sampai sedang (10-50 orang), berdasarkan preferensi antara
anggota kelompok satu sama lain. Tes sosiometri ada dua macam, yaitu tes yang
mengharuskan untuk memilih beberapa teman dalam kelompok sebagai pernyataan
kesukaan untuk melakukan kegiatan tertentu bersama dengan sosok teman yang
dipilih, dan tes yang mengharuskna menyatakan kesukaannya atau ketidaksukaannya
terhadap teman-teman dalam kelompok pada umumnya. Ciri khas dari penggunaan
angket sosiometri atau tes sosiometri yang terikat pada situasi pergaulan sosial
kreterium tertentu adalah:
a)
Dijelaskan
kepada siswa yang tergabung dalam suatu kelompok.
b)
Setiap
siswa diminta untuk menulis pada blanko yang disediakan nama beberapa teman
didalam kelompok, dengan siapa dia ingin dan lebih suka melakukan kegiatan itu.
c)
Setiap
siswa dalam kelompok menangkap dengan jelas kegiatan apa yang dimaksud dengan
mengetahui bahwa kegiatan itu terbuka bagi semua.
d)
Pilihan-pilihan
yang ditulis pada lembar jawaban tidak diberitahukan satu sama lain dan juga
tidak diumumkan oleh tenaga pendidik yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
tes dan pembentukan beberapa kelompok.
Cara mengolah data ada tiga, yaitu mengadakan analisa indeks,
menyusun tabel atau membuat sosiogram.
7)
Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah bertujuan lebih mengenal lingkungan hidup siswa
sehari-hari, bila informasi yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh melalui
angket atau wawancara informasi. Mungkin juga petugas bimbingan mengadakan
kunjungan rumah khusus untuk membicarakan kasus seoarng siswa bila memerlukan
kerja sama dengan orang tua meskipun orang tua dalam hal ini orang tua biasanya
diundang keselkolah. Bilamana petugas siswa menganggap perlu atau sangat
berguna untuk mengadakan kunjungan rumah, harus diperhatkan hal-hal sebagai
berikut :
a)
Mengadakan
persiapan mental sebelumnya; mengenai hal-hal/informasi apa yang ingin
diperoleh.
b)
Meghindari
memberikan kesan seolah-olah diadakan pemeriksaan yang dibutuhkan.
c)
Harus
ada kepastian sebelum berkunjung, bahwa kedatangan petugas bimbingan akan
disambut dengan baik.
d)
Informasi
yang dapat dikumpulkan biasanya mencakup hal-hal sebagai berikut :
1.
Letak
rumah dan keadaan didalam rumah
2.
Fasilitas
belajar yang tersedia bagi siswa
3.
Kebiasaan
belajar siswa
4.
Suasana
keluarga
e)
Sesudah
kembali dari kunjungan rumah, petugas bimbingan menyusun laporan singkat
tentang informasi yang diperoleh, dengan membedakan antara fakta serta data dan
kesan pribadi yang merupakan interpretasi terhadap informasi.
8)
Kartu Pribadi
Kartu pribadi merupakan aplikasi dari penyusunan suatu arsip yang
memuat data penting tentang seseorang. Dalam bahasa inggris arsip itu dikenal
dengan nama cumulative record, yaitu seri catatan yang disusun secara
kronologis dan semakin bertambah luas karena penambahan data secara kontinu.
Dalam rangka pelayanan bimbingan disekolah, cumulative record berarti: suatu
seri catatan tentang masing-masing siswa yang disusun selama beberapa tahun dan
memuat data yang signifikan bagi keperluan bimbingan.
9)
Studi Kasus
Studi kasus dalam rangka pelayanan bimbingan merupakan metode untuk
mempelajari keadaan dan perkembangan seseorang siswa secara lengkap dan
mendalam, dengan tujuan memahami individualitas siswa dengan lebih baik dan
membantunya dalam perkembangan selanjutnya.