Senin, 25 Maret 2013

Konsep Konseling - Pengantar Konseling


PEMBAHASAN
1.      Definisi konseling
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerimai” atau “ memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti menyerahkan atau menyampaikan.[1] Ada pula yang mengatakan istilah konseling merupakan terjemahan dari kata counseling. Menurut arti katanya, counseling, yang berasal dari kata counsel mempunyai arti nasihat, anjuran, pembicaraan.[2] Dalam buku Ketut Sukardi, juga disebutkan bahwa konseling adalah terjemahan dari “counseling” yang merupakan bagian dari bimbingan, baik layanan bimbingan secara keseluruhan (counseling is the heart of guidance). Selain itu, , pengertian konseling juga didefinisikan secara beragam oleh para ahli. Menurut Jones (1963) pengertian konseling adalah sebagai berikut:
Ø  counseling is taking over a problem with some one. Usually but not always, one of two has facts or experiences or abalities not possessed to the same degree by the other. The process of counseling involves a clearing up of the problem by discussion.”(Jones,1963:291)[3]
            Sedangkan shertzen dan stone (1981) mengemukakan pengertian konseling sebagai berikut:
Ø  “counseling is an interaction process that facilitates meaningful understanding of self and environment and results in the establishment and/or clarification of goals ang values for future behavior”
            Tokoh lain, yaitu Wrenn (1951) memberikan definisi konseling sebagai berikut:
Ø  “counseling is personal and dynamic relationship between two people who approach a mutually defined problem with mutual consideration for each other to the end that the younger, or less mature, or more troubled of the two is aided to a self determined resolution of his problem” (Wrenn, 1951: 60)
Ø  Kata “konseling” mencangkup bekerja dengan banyak orang dan hubungan yang mungkin saja brsifat pengembangan diri, dukungan terhadap krisis, psikoterapis, bimbingan atau pemecahan masalah…tugas konseling adalah memberikan kesempatan kepada “klien” untuk mengeksplorasi, menemukan, dan menjelaskan cara hidup lebih memuaskan dan cerdas dalam menghadapi sesuatu.(BAC, 1984)
Ø  Konseling mengindikasikan hubungan profesional antara konselor terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individu-individu, walaupun terkadang melibatkan lebih  dari satu orang. Konseling didesain untuk menolong klien untuk memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap kehidupan, dan untuk membantu mencapai tujuan penentuan diri (self-determination)  mereka melalui pilihan yang telah diinformasikan dengan baik serta bermakna bagi mereka, dan melalui pemecahan masalah emosional atau karakter interpersonal. (Burks dan Stefflrre, 1979:14)[4]
Ø  Dalam buku bimbingan dan konseling juga di sebutkan, bahwa : konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi  yang bersifat pribadi antar konselor dan konseli (klien) agar mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli (klien) merasa bahagia dan efektif prilakunya.
Ø  ASCA (American School Counseling Association) mengemukakan bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Konselor mempergunakan pengetahuan dan ketrampilannya untuk membantu klien untuk mengatasi masalah-masalahnya.[5]
Adanya perbedaan definisi konseling tersebut, selain ditimbulkan karena perkembangan ilmu konseling itu sendiri, juga disebabkan oleh perbedaan pandangan ahli yang merumuskan tentang konseling dan aliran atau teori yang dianutnya.[6]


2.      Hubungan konseling dan psikoterapi
Konseling  disajikan  dengan berbagai macam label. Sebagaimana metafora dunia bisnis, ada banyak produk yang saling bersaing dan menawarkan jasa yang sama atau lebih kepada para klien. Versi mahal produk ini dijual dengan label “psikoterapi” yang dilaksanakan oleh praktisi yang biasanya, spesialis profesional yang sangat terlatih dan sering kali berlatar belakang pendidikan kedokteran. Psikoterapi dapat menjadi sebuah proses yang panjang. Terlepas dari meningkatnya minat terhadap psikoterapi “ringkas” yang terdiri dari sepuluh hingga dua belas sesi, cukup fair untuk menyatakan bahwa sebagian besar psikoterapis mempertimbangkan perlunya klien berada dalam perawatan selama setahun atau lebih untuk mendapatkan hasil yang menggembirakan. Versi psikoterapi paling mahal dan ekslusif masih dipegang oleh psikoanalisis Freudian Klasik.[7]
Beberapa orang mengklaim dapat membuat perbedaan yang jelas antara konseling dan psikoterapi. Psikoterapi mempresentasikan versi lebih dalam, lebih mendasar, atau melibatkan proses perubahan terhadap pasien yang lebih “sakit”. Sedangkan sebagian yang lain menyatakan bahwa pada dasarnya, konseling dan psikoterapi melakukan tugas yang sama, menggunakan pendekatan dan teknik yang identik satu dengan yang lain, tetapi harus menggunakan judul yang berbeda sebagai respons dari tuntutan agensi yang memperkerjakannya. Misalnya, secara tradisional psikoterapi adalah istilah yang digunakan dalam setting medis, seperti unit psikiatri, dan konseling adalah label yang digunakan dalam setting pendidikan seperti pusat bimbingan dan penyuluhan siswa. Sebuah perbedaan yang sangat antara konseling dan psikoterapi adalah sebagian konseling dilakukan oleh pekerja sukarela atau nonprofesional, sedangkan psikoterapi adalah sebuah profesi profesional yang eksklusif.

3.      Tujuan konseling:
a.       Mengadakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan.
b.      Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif.
c.       Penyelesaian masalah.
d.      Mencapai keefektifan pribadi.
e.       Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya.[8]


4.      Konseling sebagai bidang studi interdisiplioner
Meski pada awalnya konseling dan psikoterapi bersumber dari disiplin ilmu psikiatri, seiring dengan waktu kedua bidang tersebut telah dianggap sebagai salah satu subcabang dari disiplin akademik psikologi. Di beberapa negara Eropa, ijazah psikologi merupakan syarat untuk memasuki pelatihan dalam bidang psikoterapi. Di Amerika Serikat, sebagaimana yang semakin luas digunakan di Inggris, terminologi psikologi konseling semakin sering digunakan.. buku teks psikologi memberikan paparan yang substansial terhadap karya para psikoterapis seperti Freud, Rogers dan Wolfe. Konseling dan Psikoterapi kini menyandang status sains terapan setelah dimasukkan dalam bidang psikiatri dan psikologi.[9] Walaupun demikian, terlepas dari nilai perspektif psikologi dan praktek konseling, adalah esensial untuk menyatakan bahwa ada beberapa bidang akademik yang juga terlibat secara aktif.
            Beberapa ide penting dalam konseling dan psikoterapi bersumber dari filsafat. Konsep”bawah sadar” (unconscious) telah digunakan oleh filsuf abad 19 (Ellennerger, 1970), jauh sebelum kata tersebut digunakan oleh Freud dalam teorinya. Konsep fenomenologi  dan autentisitas telah dikembangkan oleh para filsuf eksistensial seperti Heidegger dan Husserl jauh sebelum konsep tersebut memengaruhi Rogers, Pearl, dan terapis humanis  lainnya. Bidang filsafat moral juga memberikan input kepada konseling dengan menawarkan  kerangka kelogisan isu etis (lihat Bab 15)
Area studi lain, yang berpengaruh kuat dalam reori konseling  adalah agama. Beberapa agen konseling memulai hidup mereka sebagai sebuah cabang dari gereja atau dimunculkan oleh para pendiri karena panggilan regilius. Banyak figur kunci dalam konseling dan psikoterapi memiliki latar belakang agama yang kuat, dan telah mencoba untuk menggabungkan profesi  konselor dengan pencarian makna spiritual. Jung  memberikan kontribusi  yang signifikan dalam bidang ini.
Bidang aktivitas intrlrktual ketiga yang terus-menerus memengaruhi konseling adalah seni. Ada tradisi kuat dalam konseling dan psikoterapi yang menggunakan  metode dan tehnik seperti drama, pahatan, dan seni visual yang memungkinkan klien mengekspresikan perasaan dan pola hubungan mereka. Dalam tahun-tahun belakangan ini, psikodrama dan terapi seni telah menjadi pendekatan konseling khusus, dengan model teori, pelatihan, dan jurnal tersendiri.
Konseling merupakan bidang praktek yang tidak biasa karena ia mencakup sekumpulan perspektif teori yang saling bertolak belakang satu dengan yang lain, cakupan aplikasi praktis, dan input berharga yang didapat dari kontribusi beberapa disiplin keilmuan. Trone dan Dryden(1993) telah mengedit koleksi biografi yang ditulis oleh para konselor dengan cara yang biasa mereka pergunakan dalam pelatihan ekologi, teologi dan antropologi untuk mendukung praktek konseling mereka. Dengan demikian, area konseling dan psikoterapi mempresentasikan sintesa dari sains, filsafat, agama, dan seni. Konseling merupakan area interdisiplin yang tidak dapat secara tepat dimasukkan dalam salah satu disiplin keilmuan yang merupakan elemen pembentuknya. Pendekatan konseling yang misalnya, murni sains atau murni agama lambat laun akan dilihat sebagai sesuatu yang bukan konseling, karena hal tersebut menolak daerah kunci pengalaman klien dan praktisi.


[1] Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta), 2008, hal 99

[2] Retno Tri Hariastuti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Surabaya: UNESA press), 2008, hal 4
[3] Ibid, hal 5
[4] John McLeod, Pengantar Konseling, (Jakarta: Open University Press), 2006, hal 5-7
[5] Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Refika Aditama), 2006, hal 10
[6] Ibid, hal 11
[7]John McLeod, Pengantar Konseling, (Jakarta: Open University Press), 2006, hal 8
[8] Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Refika Aditama), 2006, hal 12
[9] John McLeod, Pengantar Konseling, (Jakarta: Pernada Media), 2010, hal 14

0 komentar:

Ikutan Komentar