Senin, 10 Desember 2012

Sejarah Bimbingan Karier



Anne Roe (28 Agustus 1904-28 Juni 1991), adalah seorang dosen di Universitas Arizona, sekaligus juga Psikolog ternama Amerika. Karyanya yang terkenal adalahThe Psychology of Occupations (1959). Pandangan Roe mendapatkan respek yang baik dari ahli bimbingan konseling di Indonesia, Winkel menempatkan teori Roe sebagai bahan dalam memahami bimbingan karir.
Roe berpandangan bahwa corak pergaulan dan pendidikan keluarga akan mempengaruhi keputusan individu dalam memilih karir/jabatan. Gaya interaksi dan pendidikan didalam keluarga juga akan membentuk kebutuhan-kebutuhan individu.
Winkel (2010), orangtua yang memperlihat gaya interaksi hangat dengan oranglain cenderung membentuk anak untuk juga ikut membina hubungan hangat bersama oranglain, begitupun sebaliknya. Hubungan antara pemilihan karir atau jabatan dengan gaya interaksi “hangat-dingin” ini berkorelasi dengan klasifikasi atau kategori besar karir atau jabatan yang dibuat Roe, yakni (1). Person oriented, (2). Non-person oriented. Person oriented adalah jenis karir atau jabatan yang dalam pelaksanaannya banyak berhubungan dengan oranglain sedangkan non-person oriented adalah karir atau jabatan yang lebih banyak berhubungan dengan benda.
Individu yang tumbuh dan berkembang dengan kasih sayang diantara interaksinya dengan orangtua cenderung memilih person oriented sebagai tendensi karir atau jabatannya. Karir atau jabatan person oriented antara lain ; social working, penyedia jasa, konsultan dll. Sedangkan individu yang diperlihatkan oleh orangtuanya gaya interaksi dingin dengan oranglain akan cenderung pada klasifikasi kedua, yakni non-person oriented. Individu ini lebih cenderung pada pekerjaan berorientasi dengan benda seperti programmer, peneliti, petani dll (Winkel 2010).
Person oriented digambarkan oleh Roe sebagai akibat dari terciptanya kebutuhan individu untuk diterima oleh oranglain, sedang non-person oriented adalah akibat dari terciptanya kebutuhan untuk merasa aman dan terlindungi (Winkel 2010).
F Dukungan Psikologi Sosial
Hubungan antara pengalaman masa kecil terhadap masa depan individu atau mungkin spekulasi tentang peran faktor genetik bagi sikap dan perilaku membuat pembahasan yang menarik dalam kaitannya terhadap bimbingan karir.
Baron & Byrne (2005), menyatakan bahwa interaksi antara anak dan orangtua sebagian besar mempengaruhi masa depan mereka karena, keluarga merupakan tempat belajar dan memperoleh pengalaman. Ternyata apa yang dipandang oleh Roe mengenai hubungan interaksi individu dan kecenderungan individu untuk membina hubungan interaksi dengan oranglain juga sama dengan kesimpulan ; Dissanayake (2000), Foltz,dkk (1999), O’Leary (1995).
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa pandangan Roe mengenai klasifikasi dasar karir atau jabatan dihubungkan dengan tendensi interaksi individu. Apabila individu memperoleh contoh dari orangtua yang mudah berinteraksi maka, individu akan memilih person oriented. jika tidak, maka individu akan memilih non-person oriented.
Karir atau jabatan, interaksi dan dukungan psikolog sosial diatas membawa pada gagasan yang sama, yakni bahwa interaksi dengan orangtua mempunyai implikasi serius atas bagaimana mereka berinteraksi ketika dewasa dan secara otomatis ketika dipadankan dengan pandangan Roe, maka implikasi ini juga berhubungan dengan pemilihan karir atau jabatan.
Sebuah ilustrasi mungkin bisa menggambarkan bagaimana hal ini terjadi. Sebut saja Sam, seorang pemuda yang dibesarkan dilingkungan tentara dan politikus akhirnya memutuskan untuk ikut pendidikan militer selama beberapa tahun dan kemudian mendapatkan jabatan yang bergengsi dibidang ini. Tak lama kemudian seperti mengikuti jejak orangtuanya yang terjun di wilayah politik, akhirnya Sam memutuskan untuk juga ikut mengurus partai politik yang didirikan oleh orangtuanya (ayah).
Beberapa temuan mengejutkan mengenai peran genetik dalam sikap individu menggugah kita. Apa hubungannya dengan jabatan atau karir?. Sikap individu merupakan evaluasi terhadap aspek-aspek sosial yang juga berarti bahwa ini menyangkut pekerjaan/karir/jabatan sebagai bagian dari kehidupan kita. pandangan peran faktor genetik memang ditolak sebagai bagian yang mempengaruhi individu. Artinya penurunan sifat bawaan dari orangtua tidak ada, bahkan mahzab terpopuler tentang minat dan bakat yang terbaru bertemakan tentang pengaruh lingkungan-sosial(Sarlito, 2011).  Akan tetapi temuan dari Arvey, 1989 dan Keller, dkk 1992 (dalam Baron & Byrne, 2005) memperlihatkan hubungannya.
Pemikiran terjadi didalam otak dan otak merupakan organ yang memiliki pengaruh jelas genetiknya, ujar Baron & Byrne menanggapi bukti dari Arvey dan Keller. Pendapat George (1990) yang diambil oleh Baron dan Byrne turut mendukung penyimpulan bahwa faktor genetik banyak mempengaruhi watak dan pembawaan individu apakah cenderung positif atau negatif.
Pembawaan sikap positif dan negatif individu yang diturunkan dari orangtua akan mempengaruhi bagaimana individu tersebut bersikap. Dengan kecenderungan positifnya individu akan selalu bersikap positif akan karir atau jabatan yang diperolehnya, sedangkan yang negatif akan cenderung tidak betah dengan karir atau jabatan yang tidak sesuai mood atau karakternya (banyak mengeluh).
F Otokritik dan Kritik
Menurut Winkel (2010) pada tahun 1972, Roe meninggalkan pandangannya sendiri mengenai pengaruh corak pergaulan yang mempengaruhi pemilihan karir atau jabatan. Meskipun demikian, Winkel berkeyakinan bahwa pandangan Roe ini masih memiliki relevansi bagai konselor karir. Sehingga Winkel memasukkannya kedalam salah-satu dari enam teori utama untuk menggambarkan perkembangan karir individu.
Kita juga perlu mempertanyakan mengapa ada anak seorang narapidana bisa memperlihatkan integritas moral yang baik?, atau mengapa ada pemimpin yang dibesarkan dari lingkungan yang bersahaja dimata koleganya dianggap diktator?. Dan perlu juga pendalaman mengenai apakah yang dimaksud dari esensi person oriented dan non-person oriented, apakah memang benar bahwa petani itu adalah jenis karir yang berakibat dari dinginnya interaksi dimasa kecilnya?. Bukankah ini seperti bertolakbelakang dengan pengetahuan umum kita akan keluarga petani yang sebagian besarnya justru berada dalam gotong-royong serta kesahajaan?. Dan bukankah mereka (petani) dalam studi lain mengatakan bahwa golongan ini memiliki solidaritas yang tidak terorganisir? (James Scott, 1989).


0 komentar:

Ikutan Komentar